Batam Baru, Antara Potensi dan Tantangan dalam Pembangunan berkelanjutan
Oleh : Dr. Fendi Hidayat (Akademisi Universitas Batam)
Sustainable Development Goals (SDGs) atau Pembangunan berkelanjutan menekankan pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
Batam, sebagai kota strategis di perbatasan Indonesia, punya peluang besar untuk mewujudkan visi tersebut dan menjadi kota global yang berkelanjutan.
Ibarat kapal layar megah, Batam telah melaju kencang digerakkan angin kuat dari sektor industri, perdagangan, dan pariwisata.
Namun di balik laju itu, kota ini kerap oleng akibat persoalan banjir, menyusutnya ruang hijau, dan minimnya fasilitas publik yang inklusif.
Meski memiliki bandara internasional dan infrastruktur jalan yang luas, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa Batam butuh pembenahan serius agar tak karam di tengah jalan.
Dengan letaknya yang strategis di segitiga emas Batam, Johor dan Singapura membuat Batam memiliki potensi untuj menjadi kota kelas dunia.
Tapi hal ini hanya bisa tercapai jika arah pembangunan mengutamakan kebijakan yang cerdas, menyatukan ekonomi, lingkungan, dan sosial secara seimbang.
Di bawah kepemimpinan Amsakar Ahmad dan Li Claudia Chandra, yang juga menjabat sebagai Kepala dan Wakil Kepala BP Batam, kota ini menghadapi momentum penting.
Kepemimpinan ganda ini memberi peluang untuk menyatukan perencanaan ekonomi dan sosial secara lebih terintegrasi.
Namun tanpa visi berkelanjutan dan kebijakan progresif, Batam bisa terjebak dalam ketimpangan dan kehilangan arah.
Kini saatnya memperkuat layar, menyeimbangkan arah, dan menjadikan Batam kapal tangguh menuju masa depan yang hijau, inklusif, dan sejahtera.
Tantangan Pembangunan Berkelanjutan di Batam
Pembangunan berkelanjutan, seperti yang diamanatkan dalam SDGs PBB, menuntut keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan keadilan sosial.
Di Batam, hal ini semakin penting mengingat laju pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,69 persen pada 2024, didorong sektor industri, jasa kesehatan, dan pengeluaran pemerintah.
Dengan PDRB mencapai Rp233,05 triliun, ekonomi Batam terbilang tangguh, meski sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun di balik capaian itu, Batam menghadapi tantangan serius. Bukit Vista Sei Ladi dan Bukit Baloi terus tergerus untuk pembangunan properti, memicu longsor.
Sungai yang menyempit dan tertutup bangunan menyebabkan banjir besar, seperti di kawasan Baloi Indah.
Data WALHI mencatat, lebih dari 30% ruang terbuka hijau Batam hilang dalam 20 tahun terakhir, memperparah panas kota dan mengurangi kualitas hidup.
Di sisi lain, warga merasa belum merasakan kenyamanan dari pembangunan. Trotoar yang sempit, halte yang panas, dan minimnya transportasi publik membuat mobilitas menjadi persoalan. Sementara itu, apartemen dan kawasan elit terus tumbuh pesat, memperlebar kesenjangan antara pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat.
Peran Strategis Ex Officio
Posisi ex officio Wali Kota dan Wakil Wali Kota sebagai pimpinan BP Batam adalah kekuatan unik sekaligus tantangan.
Di satu sisi, mereka bertanggung jawab atas pelayanan publik dan kesejahteraan warga; di sisi lain, mengelola investasi dan infrastruktur strategis.
Keunggulan ini memungkinkan integrasi kebijakan yang dapat memastikan pembangunan industri juga dilengkapi jalan ramah pejalan kaki dan ruang hijau.
Namun, tanpa koordinasi yang kuat, kepentingan ekonomi bisa berbenturan dengan kepentingan publik, seperti proyek komersial yang menutup akses warga ke laut atau merusak kawasan konservasi.
Jika sinergi ini dikelola dengan baik, Amsakar Ahmad dan Li Claudia Chandra sebagai nahkoda ganda dapat mengarahkan Batam menuju pembangunan yang berkelanjutan—dengan investasi yang berpihak pada warga, transportasi bersih, sungai terjaga, dan taman yang merata di setiap sudut kota.
Lima Arah Strategis Menuju Masa Depan
Lima arah strategis dapat menjadi panduan untuk membawa Batam menuju masa depan yang berkelanjutan. Pertama, transportasi umum yang bersih, terintegrasi, dan ramah disabilitas harus menjadi tulang punggung mobilitas kota.
Transformasi Trans Batam menjadi jaringan bus listrik yang terjadwal baik, memiliki halte teduh, jalur khusus, dan tarif terjangkau akan mendorong peralihan dari kendaraan pribadi ke angkutan umum, seperti yang berhasil diterapkan di Bogotá, Kolombia.
Kedua, pelestarian sungai dan ruang hijau harus menjadi prioritas. Pembangunan di daerah aliran sungai (DAS) seperti Baloi dan Sei Temiang perlu dikendalikan secara ketat, sementara rehabilitasi bukit dan taman ekologis di tiap kelurahan akan berfungsi sebagai serapan air dan ruang interaksi sosial. WHO bahkan menyebut kota dengan RTH minimal 30% memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Ketiga, energi bersih perlu didorong sebagai langkah menuju kota rendah emisi. Proyek PLTS Terapung Tembesi bisa diperluas, didukung insentif seperti potongan pajak atau subsidi PBB bagi bangunan yang menggunakan panel surya, mencontoh Singapura dan Jepang yang telah sukses mengembangkan energi terbarukan meski memiliki keterbatasan ruang.
Keempat, pembangunan fasilitas publik yang inklusif dan merata penting untuk meningkatkan kualitas hidup. Trotoar lebar, jalur sepeda aman, taman interaktif keluarga, dan ruang seni terbuka seperti di Taman Bungkul Surabaya bisa direplikasi di Batam, terutama melalui pembangunan taman multifungsi di setiap kelurahan.
Kelima, partisipasi aktif warga harus diperkuat melalui forum warga dan platform digital yang memungkinkan masyarakat melaporkan masalah, menyampaikan ide, serta memantau proyek pembangunan. Seperti Melbourne yang sukses dengan anggaran partisipatif, Batam juga bisa melibatkan perguruan tinggi dalam memetakan risiko dan merancang tata kota berbasis data.
Krisis Iklim dan Arah Pembangunan Batam Baru
Kondisi iklim ekstrem dan degradasi lingkungan adalah isu mendesak yang tidak bisa lagi ditunda penanganannya. Data dari IPCC memperkirakan bahwa permukaan laut akan naik secara signifikan pada tahun 2050, yang secara langsung mengancam kota-kota pesisir seperti Batam.
Banjir dan suhu ekstrem yang mulai terasa saat ini hanyalah gejala awal dari krisis iklim yang lebih besar. Jika arah pembangunan tidak segera diubah, Batam berisiko kehilangan bukan hanya daya tarik investasinya, tetapi juga kualitas hidup dan daya tahan lingkungannya.
Sebaliknya, kota-kota yang berani melakukan transformasi menuju keberlanjutan seperti Copenhagen dan Amsterdam, justru menjelma menjadi pusat investasi dan destinasi impian. Batam memiliki peluang besar untuk mengikuti jejak tersebut agar menjadi model kota industri modern yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga adil secara sosial dan tangguh secara ekologis. Kota yang tidak hanya sibuk menghasilkan, tetapi juga serius menjaga kualitas hidup warganya.
Kesimpulan
Batam memiliki potensi besar untuk menjadi kota industri modern yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, ditopang oleh sektor industri dan perdagangan, perlu diimbangi dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup, keadilan sosial, dan kualitas layanan publik. Tantangan seperti banjir, penyusutan ruang hijau, kemacetan, hingga ketimpangan akses terhadap fasilitas publik menunjukkan bahwa arah pembangunan harus diperbaiki.
Kepemimpinan ex officio Wali Kota dan Wakil Wali Kota sebagai kepala BP Batam membuka peluang integrasi kebijakan yang menyeluruh, asalkan didukung oleh koordinasi yang solid dan visi pembangunan yang holistik.
Lima arah strategis seperti, transportasi umum yang bersih, pelestarian ruang hijau, transisi energi bersih, pembangunan fasilitas publik yang inklusif, serta partisipasi aktif warga yang dapat menjadi panduan nyata menuju Batam yang layak huni dan berdaya saing global.
Dengan keberanian untuk bertransformasi seperti kota-kota maju di dunia, Batam dapat menjelma dari sekadar kawasan industri menjadi kota pelabuhan modern yang ramah lingkungan, adil bagi seluruh warganya, dan siap menghadapi tantangan perubahan iklim. Masa depan Batam bergantung pada keberanian memilih arah: tetap nyaman dengan pertumbuhan yang timpang, atau bergerak menuju keberlanjutan yang menyeluruh. (*)