Batam, Batamist.id – Mewakili 11 negara di kawasan Asia Tenggara, 60 pemuda yang tiba di ekowisata Mangrove Presiden, di Kampung Setokok, Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang , Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau menjalankan misi pelestarian mangrove dengan melakukan penanaman mangrove .
Sebelum melakukan penanaman , mereka melakukan diskusi. Dalam sesi diskusi Lokakarya Regional Ekonomi Biru YSEALI, tiga pegiat mangrove lokal berbagi kisah inspiratif tentang bagaimana mereka menjaga sekaligus menghidupkan ekosistem mangrove melalui pariwisata berbasis konservasi.
Mereka adalah Rabu, pengelola Ekowisata Mangrove Presiden Setokok; Gari Dafit Semet, penggerak Ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu; dan Lejar, motor penggerak Rumah Bakau Indah (RBI).
BACA JUGA : Hujan Penyambut, Kompang Pengiring: 60 Pemuda Asia Tenggara Tanam Harapan di Ekowisata Mangrove Presiden
Rabu membuka cerita dengan rasa bangga. Ia menyambut hangat kehadiran para peserta internasional di kampung halamannya, Setokok. “Program ini membawa semangat baru. Kami bangga karena Setokok bukan hanya dikenal, tapi juga dijadikan tempat belajar oleh pemuda dari berbagai negara. Ini bukti bahwa mangrove tak hanya soal pohon, tapi juga tentang masa depan ekonomi dan lingkungan kita,” ujarnya.
Gari melanjutkan kisahnya dengan nada penuh harapan. Ia menceritakan bagaimana kawasan yang dulu kumuh kini menjelma menjadi desa wisata hijau yang menawan. “Mangrove bukan hanya menghasilkan oksigen dan melindungi garis pantai, tapi juga membuka jalan bagi masyarakat untuk berkarya—dari kuliner tradisional hingga kerajinan tangan,” jelasnya sambil menegaskan bahwa mangrove bisa menjadi jawaban atas dua krisis sekaligus: ekonomi dan lingkungan.
Lejar, dengan semangat yang tak kalah menggelora, menyoroti peran vital generasi muda dalam menjaga ekosistem. “Kalau generasi muda dari berbagai negara saja bisa peduli, kita yang tinggal di sini harus lebih peduli. Tantangannya bukan hanya menanam, tapi merawat. Tapi saya optimis, dengan kolaborasi dan dukungan seperti ini, semangat pelestarian akan terus hidup dan menyebar lebih luas,” tegasnya.
Tiga suara dari tiga penjuru Kepri itu berpadu menjadi satu pesan yang kuat: menanam mangrove bukan hanya soal menanam pohon, tapi tentang menanam harapan, menjaga kehidupan, dan membangun masa depan yang lebih hijau. (lmt)